Jumat, 28 November 2008

KESAN UJIAN BLOK MUSKULOSKELETAL

UJIAN BLOK MUSKULOSKELETAL

Selama tanggal 24 November 2008 sampai tanggal 28 November 2008, diadakan berbagai ujian akhir blok musculoskeletal.
1. Hari pertama (Senin, 24 November 2008)
Pada hari pertama, diisi berbagai ujian anatomi. Baik response praktikum anatomi ataupun course anato. Huh,,,,kesannya se ujiannya lumayan sulit. Untuk response aja, masa’ blok saraf juga ikut masuk??? Dan yang keluar jumlahnya ada 5 lagi. Sedangkan untuk course, memang she yang keluar diluar dugaan setiap orang. Tapi, sedikit banyak Alhamdulillah bisa ngerjain walapun ga’ yakin juga se,,,,
2. Hari kedua (Selasa, 25 November 2008)
Pada hari kedua ini diisi oleh response histology. Hhhh,,,,,soalnya….ga’ bisa komentar karena ada preparat yang aq sulit duga ma teorinya dari kuliah semua padahal yang dibaca dari BPP
3. Hari ketiga (Rabu, 26 November 2008)
Hari ketiga diisi 2 ujian. Ujian pertama adalah response biokimia. Responsi ini sifatnya tertulisa dan sumbernya huh….kuliah lagi…kuliah lagi.
Sedangkan ujian ke-2 adalah response fisiologi yang isinya mengarang bebas semua jawaban….wekek…..
4. Hari keempat (Kamis, 27 November 2008)
Hari keempat diisi oleh UJIAN BLOK…
Huh, ujian dengan komposisi nilai terbesar dari semua ujian yang ada. Aduh,,, kesannya benar-benar HANCUR..........hiks...hiks...
5. Hari kelima (Jum’at, 28 November 2008)
Hari kelima diisi ujian course radiology. Duh yang keluar ga’ da di slide lagi...
Tapi, di hari kelima ini q ngerasa senang karena semua ujian dah berakhir meski besok seninnya masih harus menghadapi ujian pretes anato blok respirasi

Kesimpulan: selamat tinggal BLOK MUSKULO.....
Selamat datang BLOK RESPIRASI....
Semua ujian q serahkan aja pada Alah S.W.T. semoga ikhtiyarq tidak sia-sia....Amin...
Bismillahirrahmanirrahim

SEMANGAT.............

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (Q.S.Al-Baqoroh 153)

OSTEOARTRITIS

Osteoartritis merupakan salah satu penyakit sendi yang sering diderita usia tua. Penyakit ini sering kali memberatkan karena pada sendi yang terkena akan terasa nyeri, bengkak dan sering terjadi keterbatasan gerak/ ROM.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah gangguan muskuloskeletal, terutama osteoartritis dan osteoporosis. Osteoartritis dan osteoporosis merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi, terutama pada populasi wanita usia lanjut. Meski sering ditemukan pada wanita usia lanjut, sebenarnya osteoartritis dan osteoporosis merupakan dua keadaan yang berbeda. Osteoartritis (OA) yang dikenal sebagai pengapuran sendi, dengan kelainan utamanya dimulai dari kerusakan tulang rawan sendi yang diikuti dengan pertumbuhan osteofit, penebalan tulang subkondral, peradangan sinovium, dan kerusakan ligamen. OA umumnya menyerang sendi penopang tubuh seperti sendi lutut, panggul, lumbal dan servikal. OA dapat juga mengenai sendi jari tangan terutama sendi interfalang distal (DIP) dan proksimal (PIP). Sedangkan osteoporosis (OP) dikenal sebagai keropos tulang. Definisi osteoporosis yang telah disetujui oleh WHO merupakan penyakit skeletal sistemik yang karakteristik dengan massa tulang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang. (Isbagio,2006)
Di antara lebih dari 100 jenis penyakit sendi yang dikenal maka osteoarthritis (OA) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan. OA disebut primer, bila tak diketahui penyebabnya; dan disebut sekunder bila diketahui penyebabnya, seperti akibat artritis rematoid, infeksi, gout, pseudogout dan sebagainya. Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut, walaupun usia bukan satu-satunya faktor risiko. OA menyerang sendi tulang terutama sendi tangan atau sendi penyokong berat badan dan termasuk sendi lutut. Di RS Cipto Mangunkusumo, prevalensi penyakit mencapai 56,7%. Insidensnya pada usia kurang dari 20 tahun hanya sekitar 10% dan meningkat menjadi lebih dari 80% pada usia di atas 55 tahun. Sendi lutut merupakan sendi penopang berat badan yang sering terkena OA. OA sendi lutut ditandai oleh nyeri pada pergerakan yang hilang bila istirahat, dan terjadi kaku sendi terutama setelah istirahat lama atau bangun tidur, krepitasi dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi cairan sendi. Bila pasien hanya bersifat pasif, tidak mau melakukan latihan-latihan, dapat terjadi atrofi otot yang akan memperburuk stabilitas dan fungsi sendi. Akibat lain ialah genu varum atau genu valgus dan subluksasi, terutama bila telah terjadi kekenduran ligamen. Umumnya penderita OA lutut datang berobat karena rasa nyeri lutut yang mengganggu aktifitas sehari-hari. Gangguan tersebut bertingkat, dan mulai keluhan yang paling ringan yang tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, sampai yang paling berat sehingga pasien tidak bisa berjalan. (Isbagio dan Setyohadi, 1995)
B. Rumusan Masalah
Permasalahan Utama
Seorang perempuan 60 tahun mengeluh nyeri pada sendi lutut bagian kirinya terutama saat jalan dan naik tangga. Keluhan ini timbul sejak 2 tahun yang lalu dan kambuh-kambuhan sehingga mengganggu pekerjaanya sebagai kuli gendong di Pasar Legi, biasanya diobati sendiri dengan minum obat bebas yang dibeli tanpa resep. Karena tidak kunjung sembuh, penderita periksa ke dokter, dari hasil pemeriksaan lutut kiri didapatkan tanda-tanda radang dan keterbatasan gerak sendi (ROM). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan x foto rontgen, hasilnya tampak osteofit mendukung ke arah osteoartritis (OA). Penderita juga diperiksa Bone Marrow Density (BMD) didapatkan hasil osteoporosis. Kemudian disarankan untuk periksa laboratorium darah dengan hasil CRP meningkat, rematoid faktor negatif. Kemudian pasien diberi obat untuk OA dan osteoporosis serta dokter menyarankan untuk mengkonsultasikan ke bagian Rehabilitasi Medik.
Permasalahan Sekunder
1. Apa kelainan yang sebenarnya diderita oleh pasien ?
2. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi dari sendi itu sendiri?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya nyeri, radang, keterbatasan ROM, osteofit ?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya osteoarthritis dan osteoporosis?
5. Apakah terdapat keterkaitan antara osteoarthritis dan osteoporosis yang diderita?
6. Bagaimana efek obat bebas yang dibeli pasien untuk mengurangi nyerinya?
7. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat diberikan pada pasien?
8. Bagaimana penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien saat ini?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Menerapkan konsep-konsep dan prinsip ilmu-ilmu biomedik, klinik, perilaku, epidemiologi, dan kesehatan masyarakat pada problem klinik serta penatalaksanaan pasien penyakit dalam bidang muskuloskeletal.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi dan menerapkan prinsip-prinsip ilmu dasar yang relevan untuk memahami etiologi, patofisiologi, dan patogenesis mengenai gangguan muskuloskeletal
2. Menangani suatu permasalahan klinis secara mandiri dengan kemampuan menetapkan diagnosis klinik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
3. Mampu menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan pasien baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, dan perubahan perilaku
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai upaya memahami dasar homeostatis tubuh dari tingkat sel hingga sistem organ tubuh.
2. Sebagai upaya memahami mekanisme terjadinya penyakit degeneratif seperti osteoarthritis dan osteoporosis
3. Sebagai langkah upaya dalam memahami etiologi dan menifestasi klinis osteoarthritis
4. Untuk memahami langkah-langkah dalam penegakan diagnosis, pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang terkait dengan osteoarthritis dan osteoporosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi, Histologi dan Fisiologi Sendi Tulang
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Secara anatomik sendi dibagi menjadi 3:
Sinartrosis: sendi yang tidak memungkinkan tulang-tulang yang berhubungan dapat bergerak satu sama lain. Dapat berupa sinkondrosis (berupa jaringan tulang rawan), sindesmosis (berupa jaringan ikat), atau jaringan tulang (sinostosis)
Diartrosis : persambungan antara 2 tulang atau lebih yang memungkinkan tulang-tulang bergerak satu sama lain. Dan diantara tulang terdapat kavum artikulare. Diartrosis ini juga disebut sebagai sendi sinovial yang tersusun atas kapsul retikuler, ligamentum, dan bursa sendi.
Amfiartrosis : sendi yang memungkinkan tulang2 yg saling berhubungan dapat bergerak secara terbatas. Ct: sendi vertebra (Sumariyono dan Wijaya, 2007)
Sendi tulang termasuk dalam sendi sinovial. Adapun hal yang terdapat dalam sendi tipe ini adalah:
- Kapsul sendi, merupakan suatu selaput penutup fibrosa padat, yang merupakan suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan ikat dengan pembuluh darah yang banyak dan sinovium
- Sinovium, membentuk kantung yang melapisi seluruh sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial yang terbentuk umumnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna ataupun berwarna kekuningan. Selain itu, sel-sel pembungkus sinovial nantinya akan menyintesis asam hialuronidase yang memegang peranan penting dalam menjaga viskositas cairan sinovial. (Carter, 2005)
- Kartilago hialin, kartilago ini menutupi bagian tulang yang menanggung beban tubuh pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun dari sedikit sel-sel dan sejumlah besar zat-zat dasar. Zat-zat dasar ini tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel rawan. Dan proteoglikan yang ditemukan dalam rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang berat. Adapun gambaran kimiawi dari susunan matriksnya adalah:
- Proteoglikan : molekul kompleks yang terusun atas 1 protein dan 1 glikosaminoglikan yg tersusun atas keratan sulfat, kondroitin 4 dan 6-sulfat. Proteoglikan bersama asam hialuronat membentuk agregat yang dapat menghisap air disekitarnya dan mengembang, membentuk bantalan sendi. (Sumariyono dan Wijaya, 2007)
- Kolagen : molekul protein yg sangat kuat. Pada tulang rawan sendi yang utama adalah kolagen tipe 2 yang tersusun atas 3 buah rantai alfa yang membentuk gulungan triple-heliks. Kolagen berfungsi sebagai kerangka bagi rawan sendi yang akan membatasi pengembangan berlebihan dari proteoglikan. (Sumariyono dan Wijaya, 2007)
Kartilago sendi merupakan jaringan avaskuler sehingga tidak mendapat aliran darah dan persarafan secara langsung. Adapun nutrisi untuk perkembangannya diperoleh secara difusi dan inhibisi dari jaringan perikondrium didekatnya. Di lain pihak, saraf otonom dan sensorik terdapat secara luas pada ligamen, kapsul sendi dan sinovium. Saraf-saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas pada struktur-struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. (Carter, 2005)
Secara anatomis, sendi tulang (articulatio genu) dibentuk oleh condylus femoris, condylus tibiae, meniscus dan patella. Secara morfologi tipe articulationya adalah articulatio gynglimus. Meskipun demikian axis dari sendi ini tidak tepat transversal tetapi membentuk sudut yang terbuka ke proximal dan dataran sendinya berupa spiral. Karena berbentuk spiral inilah maka terdapat femuropatellaris yang merupakan bagian dari sendi ini. Femuropatellaris ini dibentuk oleh facies patellaris dan facies articularis patella. Dan articulatio yang dibentuk bertipe articulatio troclearis. Dan gerakan dari articulatio ini adalah flexi, extensi, endorotasi, dan exorotasi. (Budianto dan Azizi (eds), 2004)
Fungsi tulang rawan sendi :
Menjamin pergerakan tanpa gesekan
Penerima beban, menebarkan beban ke seluruh permukaan sendi sehingga tulang dibawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami kerusakan.
Sehingga, tulang rawan harus elastis dan daya renggang yang tinggi.
B. Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoarthritis atau yang juga dikenal sebagai osteoartrosis merupakan suatu gangguan sendi yang bersifat kronis, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai dengan deteriorasi dan abrasi tulang rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada sendi. (Carter, 2005). Gejala osteoartritis biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan lama-kelamaan akan memburuk, gejala dan tanda-tandanya antara lain: (Anonima, 2008)
· Nyeri pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan atau setelah lama tidak bergerak/tidak aktif.
· Rasa ngilu pada engsel saat mengangkat beban ringan
· Kaku pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak
· Kehilangan fleksibilitas yang membuat pasien sulit menggerakkan engsel
· Pada beberapa kasus terjadi pembengkakan
FAKTOR RISIKO :
· Umur. Osteoartritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita osteoartritis yang berusai di bawah 40 tahun.
· Kelamin. Wanita memiliki kecenderungan menderita osteoartritis lebih besar.
· Cacat tulang. Beberapa kasus pada bayi yang lahir dengan kelainan engsel tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami osteoartritis di kemudian hari.
· Cedera engsel. Cedera yang terjadi karena aktifitas seperti olah raga atau kegiatan lain juga meningkatkan risiko terkena osteoartritis.
· Obesitas. Berat badan berlebih akan membuat engsel sambungan tulang bekerja lebih berat, ditengarai memberi andil terjadinya osteoartritis.
· Penyakit lain. Gout dan artritis rematik dianggap memberi kontribusi pada timbulnya osteoartritis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Sinar-X. gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
Tes darah. Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
Analisa cairan engsel. Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi
Pengamatan dengan kamera (artroskopi). Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
TERAPI FARMAKOLOGI:
Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu, penting bagi pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di konsumsi. Berikut adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoarthritis.
1. Acetaminophen, merupakan obat pertama yang di rekomendasikan karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
2. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs). Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai efek samping, yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.
3. Topical pain. Dalam bentuk cream/ spray yang bisa digunakan langsung pada kulit yang terasa sakit.
4. Tramadol (Ultram). Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada NSAIDs.
5. Milk narcotic painkillers. Mengandung analgesic seperti codein atau hydrocodone yang efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
6. Corticosteroids. Efektif mengurangi rasa sakit.
7. Hyaluronic acid. Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of glucuronic acid dan N-acetygluosamine. Disebut juga viscosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien osteoarthritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80% pengobatan dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan, makin besar efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid efektif mengurangi rasa sakit.
8. Glucosamine dan chondroitin sulfate. Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
C. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit metabolik tulang yang ditandai dengan menurunnya masa tulang dan perubahan struktur tulang dengan akibat kecenderungan tulang untuk mengalami fraktur. Fraktur biasanya terjadi pada tulang panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Umumnya terjadi pada usia lanjut, terutama pada wanita pasca menopause. Osteoporosis merupakan masalah kesehatan di masyarakat, karena komplikasi yang ditimbulkan yaitu fraktur yang akan memberikan dampak sosio-ekonomi, kecacatan, ketergantungan pada orang lain, penurunan kualitas hidup dan produktivitas, serta kematian. Patogenesisnya berupa adanya peningkatan penyerapan tulang tanpa diikuti dengan pembentukkan tulang, sehingga akan mempercepat kehilangan massa tulang. Etiologinya :
· Primer, patogenesa belum diketahui secara jelas
· Sekunder. Hipertiroid, hipermatiroid primer, sindroma cushing, terpai corticosteroid jangka panjang, alkoholisme, keganasan dengan metastase pada tulang, meiloma, DM.
· Lansia. Kemungkinan karena adanya bermacam-macam kalsium dalam makanan, penurunan penyerapan kalsium di usus, definisi vitamin D, perubahan hormonal (estrogen, PTH, calsistonin)
· Wanita pasca menopause. Disebabkan karena defisiensi hormon estrogen. Estrogen merangsang aktivitas osteoblast untuk mengatur psteoclast. Adanya defisiensi estrogen menyebabkan aktivitas osteoclast sehingga berakibat peningkatan penyerapan tulang. Defisiensi estrogen akan merangsang peningkatan PTH sehingga meningkatkan penyerapan tulang.
Faktor Resiko Osteoporosis :
· Usia menopause Makin dini usia menopause, makin tinggi resiko osteoporosis.
· Massa..tulang Makin rendah massa tulang makin tinggi kemungkinan resiko osteoporosis.
· Kecepatan..kehilangan..tulang. Diketahui dengan pemeriksaan biokimia laboratorium. Makin dini usia menopause, makin rendah massa tulang puncak, dan makin tinggi kecepatan/ kehilangan tulang, makan makin tinggi resiko osteoporosis.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam kasus di skenario, penderita didiagnosa menderita osteoartritis dan osteoporosis. Osteoartritis ini dibuktikan dari hasil rontgen yang menunjukkan adanya osteofit dan reumatoid faktor negatif. Reumatoid faktor merupakan tanda rujukan dari penyakit artritis reumatoid. Dan hasil yang negatif menunjukkan bahwa terdapat kelainan sendi lain. Sedangkan pada osteoporosis ditandai dengan adanya hasil positif dari Bone Marrow Density (BMD). BMD merupakan standar rujukan dari WHO yang digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang. Yang digunakan adalah standar DEXA dengan nila standar (HR ≥ - 1,0 berarti normal). Dan bila hasil didapatkan ≤ -2,5 berarti osteoporosis.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan timbulnya rasa nyeri pada sendi penopang tubuh serta adanya keterbatasan gerak sendi tersebut (keterbatasan ROM). Pada umumnya, sendi-sendi besar penopang berat badan yang paling sering terkena adalah kolumna vertebralis, panggul, dan lutut, bersama dengan sendi interfalang distal pada jari. Kelainan primer pada osteoartritis adalah penipisan dan fragmentasi kartilago artikularis yang berada di permukaan sendi. Secara kimiawi, gangguan ini disebabkan oleh perubahan susunan kartilago penyusun rawan sendi. Normalnya, rawan sendi disusun oleh matriks organik bertipe kolagen tipe II. Namun, karena adanya perubahan tipe kolagen ini menjadi kolagen tipe I (dengan mekanisme perubahan yang masih idiopatik), maka permukaan sendi yang secara normal licin, berwarna putih menjadi ireguler dan kuning karena terjadi kalsifikasi/ pengapuran pada ujung tulang rawan sendi. Sehingga, dengan perubahan ini akan menimbulkan hilangnya kartilago artikularis sendi. Hilangnya kartilago artikularis yang berlanjut menyebabkan pajanan tulang subkondral, yang terlihat sebagai fokus berkilau pada permukaan sendi (eburnasi). Fibrosis, peningkatan pembentukan tulang, dan perubahan kistik sering terjadi pada tulang yang terpajan. Hilangnya kartilago artikularis merangsang pembentukan tulang baru, biasanya dalam bentuk nodul (osteofit) pada tepi tulang. Sehingga, gangguan osteoartritis akan menimbulkan perubahan radiologik pada osteoartritis berupa perubahan degenenatif yang meliputi pembentukan osteofit pada tepi sendi, sklerosis tulang subkondral, pembentukan kista dan penyempitan celah sendi.
Dengan terbentuknya osteofit (nodul pada tepi tulang) maka akan mengiritasi membran sinovial dimana banyak terdapat sistem saraf otonom berupa reseptor nyeri dan selanjutnya akan menimbulkan hidrops. Dengan terjepitnya ujung-ujung saraf polimodal yang terdapat di sekitar sendi akibat terbentuknya osteofit serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak (akibat hilangnya sifat hidrofilik proteoglikan) disekitar sendi, maka akan menimbulkan nyeri tekan dan nyeri gerak. Selain itu, nyeri gerak juga timbul sebagai pergesekan antartulang yang telah kehilangan rawan sendinya. Dan nyeri gerak ini akan bermanifes pada keterbatasan gerak sendi (keterbatasan ROM) terutama pada saat ekstensi.
Secara umum, osteoartritis tidak disertai dengan peradangan. Namun, kadang kala dapat juga timbul proses peradangan/ inflamasi akut ini sebagai efek perubahan tipe kolagen. Adanya tipe kolagen yang berubah akan merangsang sel-sel kondrosit melepas mediator kimiawi berupa IL-1 (interleukin-1). IL-1 ini nantinya akan merangsang enzim degradasi seperti stromelisin dan kolagenase untuk memecah matriks kolagen yang ada. Degradasi matriks akan tertimbun dalam persendian dan akhirnya akan menimbulkan inflamasi. Dengan adanya inflamasi inilah CRP (Protein fase akut) akan meningkat kadarnya dalam darah. Selain adanya pelepasan IL-1, juga terjadi pelepasan mediator lain seperti IGF-1, LPS, dan NO (Nitric Oxide). Dan efek NO lebih lanjut menyebabkan vasodilatasi, hipermeabilitas, aktifasi COX, stimulasi TNF- yang semuanya merupakan tanda-tanda inflamasi akut.
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang masih belum diketahui penyebabnya. Dan terdapat hipotesis bahwa gangguan ini terkait dengan adanya peak bone mass. Peak bone mass merupakan puncak pertumbuhan tulang maksimum (20-30 tahun) dan bila seseorang sudah mencapai titik ini maka terdapat risiko menderita osteoartritis pada usia lanjut. Hal ini juga terkait dengan penurunan densitas tulang dalam kaitan metabolisme dan penurunan fungsi struktur dan jaringan tubuh. Sehingga, elastisistas dan daya tahan jaringan semakin berkurang dan akhirnya akan menjadi aus dan rusak.
Dalam kasus di skenario, osteoartritis (OA) yang terjadi pada sendi lutut. OA lutut sering terjadi karena lutut merupakan sendi yang paling banyak dipakai saat bergerak. Salah satu fator yang yang turut berpengaruh adalah kegemukkan, karena dengan semakin gemuk seseorang,maka beban tumpuan pada kedua lutut juga semakin besar. Disamping itu juga faktor nutrisi, pola makan dan pola hidup juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya kasus OA lutut.
Selain osteoartritis, pasien dalam skenario juga didiagnosa mengalami osteoporosis. Secara umum, keduanya merupakan hal yang saling berlawanan. OA merupakan suatu proses pengapuran sendi tulang sedangkan osteoporosis merupakan suatu pengeroposan tulang. Pada osteoporosis terjadi penurunan densitas massa tulang akibat berkurangnya aktivitas sel osteoblas (sebagai pembentuk matriks tulang) dan meningkatnya aktivitas sel osteoklas (sebagai sel penghancur matriks tulang). Sehingga, dalam hal ini tulang akan tampak rapuh di bagian dalamnnya (dalam ruang trabekular). Osteoporosis ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti defisiensi estrogen, kekurangan intake kalsium, dan alkoholik.
Dalam kasus di skenario, pengobatan lebih ditujukan untuk mengobati osteosrtritis yang diderita sehingga penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain:
- Terapi farmakologis, berupa terapi dengan obat. Dan diusahakan untuk tidak diberikan kortikosteroid karena hal ini akan semakin memperburuk osteoporosis yang diderita dimana kortikosteroid juga memiliki efek negatif terhadap aktivitas osteoblas. Dan terapi obat yang dapat diberikan berupa pemberian tramadol karena pemberian OAINS juga akan menimbulkan efek samping.
- Rehabilitasi Medik, adapun programnya adalah:
1. Terapi fisik: terapi panas, terapi dingin, elektroterapi, exercise seperti latihan aerobic endurance, latihan relaksasi, dll.
2. Okupasi terapi: memberikan petunjuk dan latihan-latihan yang disesuaikan dengan kondisi sakit pasien, sehingga dapat tetap melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari.
3. Ortotik prostetik: memberikan dynamic-splint sebagai alat protektif lutut & sebagai alat bantu jalan.
4. Edukasi, dengan mengubah gaya hidup yang menyebabkan kerusakan lebih parah pada sendi lutut, menghindari kegemukkan dengan dengan diet yang sehat dan berimbang, istirahat cukup dan olahraga teratur dan menghindari berjalan atau berdiri dalam jangka waktu yang lama
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang ditandai dengan timbulnya nyeri sendi pada saat bergerak atau menyangga tubuh. Dan gambaran radiologik ditemukan osteofit
2. Osteoarthritis disebabkan oleh multifkator yang nantinya bermanifes pada perubahan sintesis kolagen
3. Osteoartritis memiliki makna berlawanan dengan osteoporosis. OA merupakan suatu proses pengapuran sendi tulang sedangkan osteoporosis merupakan suatu mekanisme pengeroposan tulang.
4. Dalam kasus di skenario, penderita mengalami osteoartritis akibat aktivitas berat yang berulang dari pengaruh pekerjaannya sebagai kuli gendong. Sehingga hal ini lambat laun akan mengakibatkan degenerasi kartilago artikulris pada sendi utama penopang tubuh (terutama sendi lutut).
B. Saran
1. Hendaknya penderita dalam skenario, dilakukan pengobatan farmakologik yang sesuai dan dilakukan rehabilitasi medik serta diet terprogram untuk mencegah progresivitas penyakitnya.
2. Selain itu, hendaknya penderita melakukan istirahat yang cukup dan menghindari aktivitas berat.

Rabu, 19 November 2008

BLOG PERTAMAKU

Tanggal: 20 November 2008

Hari ni merupakan hari pertama q membuat blog...
nantinya blog ini akan diisi tentang kegiatan kuliah, tutorial, sekaligus hal-hal baru tentang anime dan manga....
Jadi siap-siap tuk melihatnya....